Home

Senin, 24 Januari 2011

Raga Yang Terlupakan

Hembusan angin ini menerpa tubuh ini....
Memberikan rona-rona kesegaran yang luar biasa..
Ku hirup partikel-partikel oksigen itu...
Perlahan demi perlahan...
Memberikan pencerahan dan kesegaran...
Tubuh ini menjadi nyaman..
Ribuan sel-sel kembali hidup...
Syukur yang tidak terkira...
Satu hirupan yang tidak mampu untuk dibayar oleh uang....
Tidak akan mampu untuk terus membayar...
Bersyukurlah akan kesehatan yang diberikan tubuh dan jiwa ini...
Nahas memang....
Kita Yang sehat ini, lupa akan syukur...

Lalu bagaimana dengan yang sakit dengan membutuhkan oksigen...
Ratusan..bahkan berjuta-juta uang yang perlu dikeluarkan hanya untuk membeli tabung oksigen...
Tidak gratis.....!!!!
Ingat...!!!!
Tidak Gratis.......!!!!
Sekali Lagi TIDAK.....!!!
Hanya untuk memberikan suapan partikel-partikel yang terlupakan untuk disyukuri.....
Tubuh....
Maafkan jiwa ini.....
Yang selalu lupa akan indahnya dirimu......
Engkau merupakan tanda pengenal yang tidak akan salah......
Tidak akan dapat dicetak menjadi dua seperti KTP oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung-jawab......
Tidak akan dicetak palsu hanya untuk membuat Paspor oleh oknum seperti Mafia Hukum yang sedang digenjar-genjarkan dalam pemberitaan saat ini....
Tidak akan tertukar antara satu orang dan orang lain.....
Karena engkau adalah hasil dari ciptaan yang sempurna....
Diciptakan dengan sebaik-baiknya ciptaan.....

Maafkan Jiwa ini yang telah melalaikan engkau.....
Maaf.....
Maaf....
Maaf.......
Maafkanlah aku.........

Jumat, 21 Januari 2011

Rukun, Syarat dan Larangan Perkawinan dalam Islam

Rukun, Syarat, dan Larangan Pekawinan dalam Islam
Posted on January 9th, 2009 at 3:07 pm by y4na and tagged , ,
Pernikahan merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Hal ini tersurat dalam firman Allah:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaany-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan hidup dari jenis kamu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadiakn-Nya diantaramu rasa kasih dan saying. Sesuangguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Qr-Ruum:21)
وَأَنكِحُوا الْأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاء يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Dan kawinkanlah oran-prang yang sendirian di antara kamu dan mereka yang berpekerti baik, termasuk hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.” (QS An-Nuur:32)
Dari firman tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa perkawinan merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan oleh Allah. Lantas perkawinan seperti apakah yang sesuai dengan syariat islam, dan apa saja rukun dan syarat dari sebuah perkawinan? Berikut kami uraikan sedikit tentanf rukun, syarat dan larangan dalam perkawinan menurut ajaran Islam:
Rukun Perkawinan
Setiap ibadah tentunya mempunyai rukun dan syarat, agar ibadah tersebut sah dan sesuai dengan ajaran islam. Dalam konteksnya dengan perkawinan, rukun dari sebuah pernikahan adalah:
a.    Adanya calon mempelai pria dan wanita
b.    Adanya wali dari calon mempelai wanita
c.    Dua orang saksi dari kedua belah pihak
d.    Adanya ijab; yaitu ucapan penyerahan mempelai wanita oleh wali kepada mempelai pria untuk dinikahi
e.    Qabul; yaitu ucapan penerimaan pernikahan oleh mempelai pria (jawaban dari ijab)
Syarat Pernikahan
Setiap rukun yang ada harus memiliki syarat-syarat tertentu. Hal ini demi sahnya sebuah pernikahan. Adapun syarat-syarat pernikahan tersebut adalah:
a.    Mempelai pria:
•    Beragama Islam
•    Tidak ada paksaan
•    Tidak beristri empat orang
•    Bukan mahram mempelai wanita
•    Tidak memiliki istri yang haram dimadu dengan calon mempelai wanita
•    Calon istri tidak haram dinikahi
•    Tidak sedang ihram haji atau umrah
•    Cakap melakukan hokum rumah tangga
•    Tidak ada halangan pernikahan
b.    Mempelai wanita
•    Wanita (bukan banci)
•    Beragama islam
•    Member ijin kepada wali untuk dinikahkan
•    Tidak bersuami atau dalam masa iddah
•    Bukan mahram mempelai pria
•    Belum pernah di li’an oleh calon suami
•    Jelas orangnya
•    Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah
c.    Tidak ada halangan pernikahan
c.   Seseorang dinyatakan tidak terhalang pernikahannya karena:
•    Hubungan darah terdekat (nasab)
•    Hubungan persusuan (radla’ah)
•    Hubungan persemendaan (mushaharah)
•    Talak ba’in kubra
•    Permaduan
•    Beristri 4 orang
•    Li’an
•    Masih bersuami atau dalam masa iddah
•    Mempelai pria yang non-muslim
•    Ihram haji atau umrah
d.    Wali mempelai wanita
•    Pria
•    Beragama islam
•    Mempunyai hak atas perwalian
•    Tidak ada halangan untuk menjadi wali
e.  Saksi
•    Dua orang pria
•    Beragama islam
•    Baligh
•    Hadir dalam acara akad nikah
•    Mengerti arti dan maksud pernikahan
f.   Syarat akad nikah
•    Adanya ijab dari eali mempelai wanita
•    Adanya qabul oleh mempelai pria
•    Ijab menggunakan kata-kata nikah atau yang searti dengannya
•    Ijab dan qabul harus jelas dan saling berkaitan
•    Ijab dan qabul dalam satu majlis
•    Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah
Larangan Pernikahan
Selain rukun dan syarat penikahan, ada juga hal yang harus diperhatikan dalam sebuah pernikahan. Pernikahan dianggap batal apabila ada larangan dalam pernikahan. Larangan dalam pernikahan yang dimaksud adalah:
a.    Adanya hubungan mahram antara kedua mempelai
b.    Tidak terpenuhinya rukun pernikahan
c.    Terjadi pemurtadan
Semoga tulisan yang tidak seberapa ini dapat berguna bagi kita semua, terutama saudara-saudara seiman yang ingin melangsungkan pernikahan.

Sumber: http://y4na.blogdetik.com/tag/larangan-perkawinan-islam/

Makalah Fiqih Munakahat

Fiqih Munakahat - Makalah

Makalah Fiqih Munakahat

Berikut ini adalah makalah Fiqih Munakahat yang pernah dipresentasikan di STAI Tuanku Tambusai Pasir Pengaraian Rokan Hulu.


BAB I

PENDAHULUAN

Dalam usaha meleburkan suatu bentuk hukum dalam dunia hukum Islam Indonesia. Tentunya kita ingin mengetahui lebih dalam darimana asal konsep hukum yang diadopsi oleh Departemen Agama RI tersebut yang kemudian menjadi produk hukum yang lazim disebut Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, dan diantara materi bahasannya adalah rukun dan syarat perkawinan yang akan coba kita pelajari perbandingannya dengan fikih munakahat.
Terpenuhinya syarat dan rukun suatu perkawinan, mengakibatkan diakuinya keabsahan perkawinan tersebut baik menurut hukum agama/fikih munakahat atau pemerintah (Kompilasi Hukum Islam).Bila salah satu syarat atau rukun tersebut tidak terpenuhi maka mengakibatkan tidak sahnya perkawinan menurut fikih munakahat atau Kompilasi Hukum Islam, menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan salah satunya.
Berawal dari garis perbandingan antara kedua produk hukum tersebut, pemakalah mencoba membahas perbandingan antara keduanya sehingga dapat diketahui lebih dalam hubungan antara keduanya.





BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Nikah
secara bahasa : kumpulan, bersetubuh, akad.
secara syar’i : dihalalkannya seorang lelaki dan untuk perempuan bersenangg-senang, melakukan hubungan seksual, dll .

Hukum Nikah
Para fuqaha mengklasifikasikan hukum nikah menjadi 5 kategori yang berpulang kepada kondisi pelakunya :
Ø      Wajib, bila nafsu mendesak, mampu menikah dan berpeluang besar jatuh ke dalam zina.
Ø      Sunnah, bila nafsu mendesak, mampu menikah tetapi dapat memelihara diri dari zina.
Ø      Mubah, bila tak ada alasan yang mendesak/mewajibkan segera menikah dan/atau alasan yang mengharamkan menikah.
Ø      Makruh, bila nafsu tak mendesak, tak mampu memberi nafkah tetapi tidak merugikan isterinya.
Ø      Haram, bila nafsu tak mendesak, tak mampu memberi nafkah sehingga merugikan isterinya.

A. TUJUAN DAN HIKMAH NIKAH
Tujuan Nikah ditinjau dari:
TUJUAN FISIOLOGIS
Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :
1. Tempat semua anggota keluarga mendapatkan sarana berteduh yang baik & nyaman.
2. Tempat semua anggota keluarga mendapatkan kosumsi makan-minum-pakaian yang                           memadai.
3. Tempat suami-isteri dapat memenuhi kebutuhan biologisnya.

TUJUAN PSIKOLOGIS
Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :
1. Tempat semua anggota keluarga diterima keberadaannya secara wajar & apa adanya.
2. Tempat semua anggota keluarga mendapat pengakuan secara wajar dan nyaman.
3. Tempat semua anggota keluarga mendapat dukungan psikologis bagi perkembangan jiwanya.
4. Basis pembentukan identitas, citra dan konsep diri para anggota keluarga.

TUJUAN  SOSIOLOGIS
Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :
1. Lingkungan pertama dan terbaik bagi segenap anggota keluarga.
2. Unit sosial terkecil yang menjembatani interaksi positif antara individu anggota keluarga dengan masyarakat sebagai unit sosial yang lebih besar.

TUJUAN DA’WAH
Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :
1. Menjadi obyek wajib da’wah pertama bagi sang da’i.
2. Menjadi prototipe keluarga muslim ideal (bagian dari pesona islam) bagi masyarakat muslim dan nonmuslim.
3. Setiap anggota keluarga menjadi partisipan aktif-kontributif dalam da’wah.
4. Memberi antibodi/imunitas bagi anggota keluarga dari kebatilan dan kemaksiatan

Islam tidak mensyari’atkan sesuatu melainkan dibaliknya terdapat kandungan keutamaan dan hikmah yang besar. Demikian pula dalam nikah, terdapat beberapa hikmah dan maslahat bagi pelaksananya :
1. Sarana pemenuh kebutuhan biologis (QS.
Ar Ruum : 21)
2. Sarana menggapai kedamaian & ketenteraman jiwa (QS. Ar Ruum : 21)
3. Sarana menggapai kesinambungan peradaban manusia (QS. An Nisaa’ : 1, An Nahl : 72)
Rasulullah berkata : “Nikahlah, supaya kamu berkembang menjadi banyak. Sesungguhnya saya akan membanggakan banyaknya jumlah ummatku.” (HR. Baihaqi)
4. Sarana untuk menyelamatkan manusia dari dekadensi moral.
Rasulullah pernah berkata kepada sekelompok pemuda : “Wahai pemuda, barang siapa diantara kalian mampu kawin, maka kawinlah. Sebab ia lebih dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Namun jika belum mampu, maka berpuasalah, karena sesungguhnya puasa itu sebagai wija’ (pengekang syahwat) baginya.” (HR Bukhari dan Muslim dalam Kitab Shaum)

B. PEMINANGAN (KHITBAH) SEBELUM PELAKSANAAN PERNIKAHAN
Definisi Peminangan.
Beberapa ahli Fiqih berbeda pendapat dalam pendefinisian peminangan. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
Wahbah Zuhaili mengatakan bahwa pinangan (khitbah­) adalah pernyataan seorang lelaki kepada seorang perempuan bahwasanya ia ingin menikahinya, baik langsung kepada perempuan tersebut maupun kepada walinya. Penyampaian maksud ini boleh secara langsung ataupun dengan perwakilan wali.
Adapun Sayyid Sabiq, dengan ringkas mendefinisikan pinangan (khitbah) sebagai permintaan untuk mengadakan pernikahan oleh dua orang dengan perantaraan yang jelas. Pinangan ini merupakan syariat Allah SWT yang harus dilakukan sebelum mengadakan pernikahan agar kedua calon pengantin saling mengetahui.
Amir Syarifuddin mendefinisikan pinangan sebagai penyampaian kehendak untuk melangsungkan ikatan perkawinan. Peminangan disyariatkan dalam suatu perkawinan yang waktu pelaksanaannya diadakan sebelum berlangsungnya akad nikah.
Al-hamdani berpendapat bahwa pinangan artinya permintaan seseorang laki-laki kepada anak perempuan orang lain atau seseorang perempuan yang ada di bawah perwalian seseorang untuk dikawini, sebagai pendahuluan nikah.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pinangan (khitbah) adalah proses permintaan atau pernyataan untuk mengadakan pernikahan yang dilakukan oleh dua orang, lelaki dan perempuan, baik secara langsung ataupun dengan perwalian. Pinangan (khitbah) ini dilakukan sebelum acara pernikahan dilangsungkan.

Dasar dan Hukum Pinangan
Dari Mughirah R.A., sesungguhnya ia pernah meminang seseorang perempuan, lalu Nabi SAW. Bersabda kepadanya,” Lihatlah perempuan itu dahulu karena sesungguhnya melihat itu lebih cepat membawa kekekalan kecintaan antara keduanya.” (H.R. Nasa’i dan Tirmizi)
Dari Abu Hurairah R.A., dia berkata,” Aku duduk di dekat Nabi SAW. lalu datang seorang laki-laki kepada beliau dan bercerita bahwa ia akan menikahi seseorang perempuan dari kaum Anshar. Rasulullah lalu bersabda,”Sudahkah engkau lihat wajahnya?” laki-laki itu menjawab, “belum”. Rasulullah bersabda lagi,” pergi dan lihatlah karena sesungguhnya pada wajah kaum Anshar itu mungkin ada sesuatu yang menjadi cacat.” (H.R. Muslim dan Nasa’i)
Memang terdapat dalam al-qur’an dan dalam banyak hadis Nabi yang membicarakan hal peminangan. Namun tidak ditemukan secara jelas dan terarah adanya perintah atau larangan melakukan peminangan, sebagaiman perintah untuk mengadakan perkawinan dengan kalimat yang jelas, baik dalam al-qur’an maupun dalam hadis Nabi. Oleh karena itu, dalam menetapkan hukumnya tidak terdapat pendapat ulama yang mewajibkannya, dalam arti hukumannya mubah.
Akan tetapi, Ibnu Rusyd dengan menukil pendapat imam Daud Al-Zhahiriy, mengatakan bahwa hukum pinangan adalah wajib. Ulama ini mendasarkan pendapatnya pada hadis-hadis nabi yang menggambarkan bahwa pinangan (khitbah) ini merupakan perbuatan dan tradisi yang dilakukan nabi dalam peminangan itu.
Hikmah Peminangan
Ada beberapa hikmah dari prosesi peminangan, diantaranya:
Wadah perkenalan antara dua belah pihak yang akan melaksanakan pernikahan. Dalam hal ini, mereka akan saling mengetahui tata etika calon pasangannya masing-masing, kecendrungan bertindak maupun berbuat ataupun lingkungan sekitar yang mempengaruhinya. Walaupun demikian, semua hal itu harus dilakukan dalam koridor syariah. Hal demikian diperbuat agar kedua belah pihak dapat saling menerima dengan ketentraman, ketenangan, dan keserasian serta cinta sehingga timbul sikap saling menjaga, merawat dan melindungi.
Sebagai penguat ikatan perkawinan ynag diadakan sesudah itu, karena dengan peminangan itu kedua belah pihak dapat saling mengenal. Bahwa Nabi SAW berkata kepada seseorang yang telah meminang perempuan:” melihatlah kepadanya karena yang demikian akan lebih menguatkan ikatan perkawinan.
 Macam-Macam Peminangan
Ada beberapa macam peminangan, diantaranya sebagai berikut:
  1. Secara langsung yaitu menggunakan ucapan yang jelas dan terus terang sehingga tidak mungkin dipahami dari ucapan itu kecuali untuk peminangan, seperti ucapan,”saya berkeinginan untuk menikahimu.”
  2. Secara tidak langsung yaitu dengan ucapan yang tidak jelas dan tidak terus terang atau dengan istilah kinayah. Dengan pengertian lain ucapan itu dapat dipahami dengan maksud lain, seperti pengucapan,”tidak ada orang yang tidak sepertimu.”
Perempuan yang belum kawin atau sudah kawin dan telah habis pula masa iddahnya boleh dipinang dengan ucapan langsung aau terus terang dan boleh pula dengan ucapan sindiran atau tidak langsung. Akan tetapi bagi wanita yang masih punya suami, meskipun dengan janji akan dinikahinya pada waktu dia telah boleh dikawini, tidak boleh meminangnya dengan menggunakan bahasa terus terang tadi.
Hal-Hal yang Berkaitan dengan Peminangan.
  1. Norma Kedua Calon Pengantin Setelah Peminangan.
Peminangan (khitbah) adalah proses yang mendahului pernikahan akan tetapi bukan termasuk dari pernikahan itu sendiri. Pernikahan tidak akan sempurna tanpa proses ini, karena peminangan (khitbah) ini akan membuat kedua calon pengantin akan menjadi tenang akibat telah saling mengetahui.
Oleh karena itu, walaupun telah terlaksana proses peminangan, norma-norma pergaulan antara calon suami dan calon istri masih tetap sebagaimana biasa. Tidak boleh memperlihatkan hal-hal yang dilarang untuk diperlihatkan.
  1. Peminangan Terhadap Seseorang yang Telah Dipinang.
Seluruh ulama bersepakat bahwa peminangan seseorang terhadap seseorang yang telah dipinang adalah haram. Ijma para ulama mengatakan bahwa peminangan kedua, yang datang setelah pinangan yang pertama, tidak diperbolehkan. Hal tersebut terjadi apabila:
    • Perempuan itu senang kepada laki-laki yang meminang dan menyetujui pinangan itu secara jelas (Sharahah) atau memberikan izin kepada walinya untuk menerima pinangan itu.
    • Pinangan kedua datang tidak dengan izin pinangan pertama.
    • Peminang pertama belum membatalkan pinangan.
Hal ini sesuai dengan hadis nabi yang berbunyi,” Janganlah kalian membeli sesuatu pembelian saudara kalian, dan janganlah kalian meminang pinangan saudara kalian, kecuali dengan izinnya.”
Seluruh imam bersepakat bahwa hadis diatas berlaku bagi pinangan yang telah sempurna. Hal tersebut terjadi agar tidak ada yang merasa sakit hati satu sama lain. Adapun mengenai pinangan yang belum sempurna, dengan pengertian masih menunggu jawaban, beberapa ulama berbeda pendapat. Hanafiah mengatakan, pinangan terhadap seseorang yang sedang bingung dalam menentukan keputusan adalah makruh. Hal ini bertentangan dengan pendapat sebagian ulama yang mengatakan bahwa sesungguhnya perbuatan itu tidak haram. Pendapat ini berdasarkan peristiwa Fatimah binti Qois yang dilamar oleh tiga orang sekaligus, yaitu Mu’awiyah, Abu Jahim bin Huzafah dan Usamah bin Zaid. Hal itu terjadi setelah selesainya masa iddah Fatimah yang telah ditalak oleh Abu Umar bin Hafsin.
Walaupun demikian, pendapat Hanafi lebih kuat landasannya karena sesuai dengan tata perilaku islam yang mengajarkan solidaritas. Peminangan yang dilakukan terhadap seseorang yang sedang bingung dalam mempertimbangkan keputusan lebih berdampak pada pemutusan silaturrahim terhadap peminang pertama dan akan mengganggu psikologis yang dipinang.
  1. Orang-Orang yang Boleh Dipinang.
Pada dasarnya, seluruh orang yang boleh dinikahi merekalah yang boleh dipinang. Sebaliknya, mereka yang tidak boleh untuk dinikahi, tidak boleh pula untuk dipinang. Dalam hal ini, ada syarat agar pinangan diperbolehkan.
    • Bukan Orang-Orang yang Dilarang Menikahinya.
    • Bukan Orang-Orang yang Telah Dipinang Orang Lain.
    • Tidak Dalam Masa ‘Iddah
  1. Batas-Batas yang Boleh Dilihat Ketika Khitbah
Dalam hal ini, para ulama terbagi menjadi empat bagian:
    • Hanya muka dan telapak tangan. Banyak ulama fiqih yang berpendapat demikian. Pendapat ini berdasarkan bahwa muka adalah pancaran kecantikan atau ketampanan seseorang dan telapak tangan ada kesuburan badannya.
    • Muka, telapak tangan dan kaki. Pendapat ini diutarakan oleh Abu Hanifah.
    • Wajah, leher, tangan, kaki, kepala dan betis. Pendapat ini dikedepankan para pengikut Hambali.
    • Bagian-bagian yang berdaging. Pendapat ini menurut al-Auza’i.
    • Keseluruh badan. Pendapat ini dikemukakan oleh Daud Zhahiri. Pendapat ini berdasarkan ketidakadaan hadis nabi yang menjelaskan batas-batas melihat ketika meminang.
  1. Waktu dan Syarat Melihat Pinangan
Imam Syafi’i berpendapat bahwa seorang calon pengantin, terutama laki-laki, dianjurkan untuk melihat calon istrinya sebelum pernikahan berlangsung. Dengan syarat bahwa perempuan itu tidak mengetahuinya. Hal itu agar kehormatan perempuan tersebut terjaga. Baik dengan izin atau tidak.
Imam Maliki dan Imam Hambali mengatakan bahwa melihat pinangan adalah disaat kebutuhan mendesak. Itu disebabkan agar tidak menimbulkan fitnah dan menimbulkan syahwat.
Wahbah Zuhaili mengatakan, pada dasarnya melihat pinangan itu diperbolehkan asalkan tidak dengan syahwat.

C. PELAKSANAAN PERNIKAHAN (AKAD NIKAH)
PENGERTIAN AKAD NIKAH
secara bahasa : akad = membuat simpul, perjajian, kesepakatan; akad nikah = mengawinkan wanita.
secara syar’i : Ikrar seorang pria untuk menikahi/mengikat janji seorang wanita lewat perantara walinya, dengan tujuan
a) hidup bersama membina rumah tangga sesuai sunnah Rasulullah saw.
b) memperoleh ketenangan jiwa.
c) menyalurkan syahwat dengan cara yang halal
d) melahirkan keturunan yang sah dan shalih.

RUKUN DAN SYARAT SAH NIKAH
Akad nikah tidak akan sah kecuali jika terpenuhi rukun-rukun yang enam perkara ini :
1. Ijab-Qabul
Islam menjadikan Ijab (pernyataan wali dalam menyerahkan mempelai wanita kepada mempelai pria) dan Qabul (pernyataan mempelai pria dalam menerima ijab) sebagai bukti kerelaan kedua belah pihak. Al Qur-an mengistilahkan ijab-qabul sebagai miitsaaqan ghaliizhaa (perjanjian yang kokoh) sebagai pertanda keagungan dan kesucian, disamping penegasan maksud niat nikah tersebut adalah untuk selamanya.
Syarat ijab-qabul adalah :
a) Diucapkan dengan bahasa yang dimengerti oleh semua pihak yang hadir.
b) Menyebut jelas pernikahan & nama mempelai pria-wanita
2. Adanya mempelai pria.
Syarat mempelai pria adalah :
a) Muslim & mukallaf (sehat akal-baligh-merdeka); lihat QS. Al Baqarah : 221, Al Mumtahanah : 9.
b) Bukan mahrom dari calon isteri.
c) Tidak dipaksa.
d) Orangnya jelas.
e) Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.

3. Adanya mempelai wanita.
Syarat mempelai wanita adalah :
a) Muslimah (atau beragama samawi, tetapi bukan kafirah/musyrikah) & mukallaf; lihat QS. Al Baqarah : 221, Al Maidah : 5.
b) Tidak ada halangan syar’i (tidak bersuami, tidak dalam masa ‘iddah & bukan mahrom dari calon suami).
c) Tidak dipaksa.
d) Orangnya jelas.
e) Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.
4. Adanya wali.

Syarat wali adalah :

a) Muslim laki-laki & mukallaf (sehat akal-baligh-merdeka).
b) ‘Adil
c) Tidak dipaksa.
d) Tidaksedang melaksanakan ibadah haji.

Tingkatan dan urutan wali adalah sebagai berikut:
a) Ayah
b) Kakek
c) Saudara laki-laki sekandung
d) Saudara laki-laki seayah
e) Anak laki-laki dari saudara laki – laki sekandung
f) Anak laki-laki dari saudara laki – laki seayah
g) Paman sekandung
h) Paman seayah
i) Anak laki-laki dari paman sekandung
j) Anak laki-laki dari paman seayah.
k) Hakim

5. Adanya saksi (2 orang pria).

Meskipun semua yang hadir menyaksikan aqad nikah pada hakikatnya adalah saksi, tetapi Islam mengajarkan tetap harus adanya 2 orang saksi pria yang jujur lagi adil agar pernikahan tersebut menjadi sah. Syarat saksi adalah

a) Muslim laki-laki & mukallaf (sehat akal-baligh-merdeka).
b) ‘Adil
c) Dapat mendengar dan melihat.
d) Tidak dipaksa.
e) Memahami bahasa yang dipergunakan untuk ijab-qabul.
f) Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.

6. Mahar.
Beberapa ketentuan tentang mahar :

a) Mahar adalah pemberian wajib (yang tak dapat digantikan dengan lainnya) dari seorang suami kepada isteri, baik sebelum, sesudah maupun pada saat aqad nikah. Lihat QS. An Nisaa’ : 4.
b) Mahar wajib diterimakan kepada isteri dan menjadi hak miliknya, bukan kepada/milik mertua.
c) Mahar yang tidak tunai pada akad nikah, wajib dilunasi setelah adanya persetubuhan.
d) Mahar dapat dinikmati bersama suami jika sang isteri memberikan dengan kerelaan.
e) Mahar tidak memiliki batasan kadar dan nilai. Syari’at Islam menyerahkan perkara ini untuk disesuaikan kepada adat istiadat yang berlaku. Boleh sedikit, tetapi tetap harus berbentuk, memiliki nilai dan bermanfaat. Rasulullah saw senang mahar yang mudah dan pernah pula




DAFTAR PUSTAKA

-         Dewantoro Sulaiman, SE, Agenda Pengantin, Hidayatul Insan, Solo, 2002
-         Rasjid, Sulaiman, H., Fikh Islam, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1996
-         Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Kencana: Jakarta. 2007
-         Al-Hamdani, Risalah an-Nikah, Pustaka Amani: Jakarta. 2002
 

Kamis, 20 Januari 2011

Lomba Karya Tulis Ilmiah Bidang Matematika tk. Mahasiswa se-Indonesia

Posted by Lingkar Studi Matematika on November 21, 2010 at 3:49 AM
Informasi :
Ikahimatika Indonesia bekerjasama dengan Lingkar Studi Matematika Universitas Brawijaya Malang menyelenggarakan Lomba Karya Tulis Ilmiah bidang Matematika..

Ketentuan Lomba :
1. Tema LKTI "Applied Mathematics in Human Life"

2. Bidang Minat Matematika terapan

3. Peserta LKTI  :
a. Peserta adalah mahasiswa yang sedang aktif mengikuti program pendidikan S1
b. Peserta adalah individual atau tim dengan jumlah maksimal 3 orang tiap tim
c. Peserta belum pernah mempublikasikan maupun memperlombakan karya tulisnya
d. Setiap peserta hanya diperbolehkan mengirimkan 1 karya tulis untuk diperlombakan
e. Tiap universitas atau perguruan tinggi dapat mengikutsertakan lebih dari 1 kelompok karya tulis
4. Ketentuan
a. Peserta dapat mendaftarkan diri dengan cara membayar uang pendaftaran sebesar Rp 100.000,00 dan dikirimkan melalui rekening Bank BNI : 0132075318 a.n. Liwaul Jannah
b. Pengiriman karya tulis yang akan dilombakan (berupa softcopy dalam 2 format .doc dan .pdf) paling lambat tanggal 15 Februari 2011 pukul 23.00 WIB ke lingkarstudimatematika@gmail.com . Dalam pengiriman softcopy karya tulis peserta harus melampirkan softcopy beberapa dokumen yaitu:
1) Formulir pendaftaran yang telah diisi dan ditandatangani lengkap(dapat didownload disini)
2) Kartu mahasiswa
3) Bukti pembayaran
c. Pengumuman finalis dapat dilihat di blog lingkarstudimatematika.webs.com pada tanggal 21 Februari 2011 pukul 12.00 WIB.
d. Para finalis wajib melakukan daftar ulang pada saat presentasi karya (babak final) dengan membawa :
1) Bukti penyetoran uang pendaftaran asli
2) Kartu mahasiswa
3) Softcopy file presentasi
4) Surat rekomendasi dari fakultas (disesuaikan dengan fakultas asal ketua tim / individu)
5) Finalis wajib mengikuti semua rangkaian kegiatan LKTI di Universitas Brawijaya Malang dengan tertib dan sopan
e. Semua finalis wajib mematuhi semua peraturan yang berlaku
f. Semua keputusan juri bersifat mengikat dan tidak dapat diganggu gugat
g. Biaya transportasi dan akomodasi bagi finalis ditanggung peserta
5. Format karya tulis ilmiah berupa
a. Halaman judul Judul LKTI dapat ditentukan sendiri, tetapi harus berkaitan dengan tema yang telah ditentukan
b. Halaman cover (contoh cover)
c. Lembar Orisinalitas (contoh dapat didownload disini)
d. Abstrak
e. Bab I Pendahuluan
- Latar belakang
- Rumusan masalah
- Tujuan
- Manfaat
f. Bab II : Tinjauan Pustaka
g. Bab III : Metodologi
h. Bab IV : Pembahasan
i. Bab V : Kesimpulan dan saran
j. Daftar Pustaka
k. Daftar lampiran (jika ada)
l. Daftar riwayat hidup
6. Format penulisan :
a. Font : Times New Roman 12
b. Spasi : 1.5
c. Ukuran kertas : A4
d. Batas maksimal halaman 30 halaman
e. Batas pengetikan :
- kiri 3 cm
- kanan 2 cm
- atas 2 cm
- bawah 2 cm
7. Orisinalitas Penulis menjamin bahwa karya tulis ilmiah merupakan karya sendiri (bukan jiplakan) dan belum pernah dilombakan. Lembar orisinalitas menyertakan materai 6000.

8. Hak publikasi Panitia diberikan hak dan wewenang untuk mempublikasikan setiap karya tulis ilmiah pemenang lomba dengan tetap mencantumkan nama penulisnya

9. Presentasi karya tulis (babak final) Dari semua karya tulis yang masuk akan diambil 5 finalis untuk mempresentasikan karya tulisnya pada tanggal 5 Maret 2011. Adapun ketentuan dalam presentasi adalah sebagai berikut:
a. Presentasi akan dilakukan di Gedung Graha Sainta jurusan matematika Fakultas MIPA Universitas Brawijaya Malang
b. Setiap finalis menyerahkan softcopy file presentasi (dalam format .ppt atau .swf) sewaktu daftar ulang
c. Setiap finalis diberikan waktu paling lama 20 menit untuk presentasi dan 10 menit tanya jawab
d. Panitia berhak menghentikan finalis yang mempresentasikan karyanya lebih dari waktu yang telah ditentukan
e. Setiap peserta menngunakan pakaian yang sopan dan rapi.
f. Setiap peserta dilarang meninggalkan ruangan sebelum semua finalis mempresentasikan karya tulisnya.
g. Setiap finalis diwajibkan menjaga sikap selama presentasi berlangsung.
10. Penghargaan Adapun penghargaan yang akan diberikan kepada para finalis adalah
JUARA 1 : Uang tunai Rp 3.000.000,00 + trophy + piagam penghargaan
JUARA 2 : Uang tunai Rp 1.500.000,00 + trophy + piagam penghargaan
JUARA 3 : Uang tunai Rp 750.000,00    + trophy + piagam penghargaan
11. Informasi umum
a. Alamat sekretariat : .
b. rekening Bank BNI : 0132075318 a.n. Liwaul Jannah
c. Contact person :
M. Zaki Al-Muzakki 085649858869
Rizki Pramudita 087858362988
d. Blog : lingkarstudimatematika.webs.com
e. E-mail : lingkarstudimatematika@gmail.com

Sumber: http://lingkarstudimatematika.webs.com/apps/blog/show/5387450-lomba-karya-tulis-ilmiah-bidang-matematika-tk-mahasiswa-se-indonesia

Mimpi......

Apa buktinya Dunia dan seisinya ini bukan bentuk hasil dari Karya Sastra?

Apakah mungkin kita terlahir dari karya sastra...?
Ini bukan suatu falsafah yang musti kita yakini ini adalah benar,
tapi ini adalah suatu rangkaian kata yang dari paradigma-paradigma sang penulis.
Rangkaian-rangkaian kata yang terlahir dari sebuah mimpi,
mimpi yang indah untuk dirasakan, dinikmati dan dihayati.
Mimpi yang dapat menjadikan manusia biasa menjadi Luar Biasa...
Mimpi yang dapat menjadikan bulan amat sangat dekat dengan matahari...
Mimpi yang dapat menjadikan dunia bagai Fatamorgana...
Mimpi yang dapat menjadikan api menjadi api....